Juli 2016.
Setelah mengalami perpisahan 4 bulan sebelumnya (silakan definisikan perpisahan seperti apa, males ah mendeskripsikannya hehe) dan kondisi jiwa masih terguncang (weks), aku mencari kesenangan dengan menonton film yang release di bulan itu. Waktu itu masih tinggal di Jogja dan aku gak tau ada berapa film yang sedang naik layar sih… tapi saat itu ada 6 cinemas di Jogja. Satu cinema kira-kira punya 5 studio. Dalam satu hari, film tersebut tayang bisa 3-5 kali tayang. Dengan variabel film, cinema, studio, dan jam tayang… aku harus menonton ‘bersama’ dengan orang yang berpisah denganku. Aku bersama 3 temanku, dia bersama orang yang masih bersama dia sekarang (haopo sih).
Lucu?
Lucu tapi gak bikin ketawa. Kronologinya, kita berempat duduk menunggu di tempat duduk depan studio beberapa menit sebelum masuk studio, sudut kanan mataku menangkap dua orang yang duduk di depanku, rangkulan. Aku cuma bisa ketawa miris njuk bilang ke temenku. Dua temenku menengok dan menyapa mereka. Satu temanku menginformasikan hasil obrolannya dengan mereka, ternyata mereka nonton film yang sama, studio yang sama, jam tayang yang sama, dan sadly dua baris kursi di belakang kita. Sepanjang menonton film, pikiranku gak ada di tempat. Ketika film sampe di plot yang paling menyedihkan, studio udah penuh suara terisak, aku masih diem. Masih takjub dengan keadaan yang cukup mind-blowing ini.
Ketika ada 4 variabel yang mempengaruhi apakah aku dengan orang itu (dan orang yang membersamainya) akan 'bersinggungan' di cinema, trus at least 2 variabelnya terpenuhi… Kondisi itu yang disebut salah satu temenku (yang lumayan jago statistik) sebagai probabilitas setan. Menariknya pada bulan Januari 2018, 3 dari 4 variabel itu terpenuhi lagi. Kita bertemu (dan dia masih bersama orang yang sama) di cinema yang sama dan studio yang sama, menonton film yang sama tapi jam tayang yang berbeda. Dua kali kena probabilitas setan.
Aku gak tau itu murni coincidence atau cara Tuhan menguji apakah aku sudah baik-baik saja setelah perpisahan itu. Well, sadly jawabannya memang aku masih belum bisa baik-baik saja (waktu itu) Aku merasa tersanjung atas plot yang dikasi Tuhan ke aku sih, berasa menjadi aktris dalam drama-drama kisah romansa murahan.
Kita bertiga sekarang berada di tiga kota yang berbeda and I wonder if Tuhan akan memberi variabel tambahan untuk menaikkan level ujian probabilitas setan ini--
Comments
Post a Comment